Khutbah Jumat: Dua Perkara Yang Membuat Kita Layak Masuk Surga
Khutbah Jumat: Dua Perkara Yang Membuat Kita Layak Masuk Surga ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 9 Rajab 1443 H / 11 Februari 2022 M.
Khutbah Pertama Tentang Dua Perkara Yang Membuat Kita Layak Masuk Surga
Jamaah Jumat, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati kita semua.. Pertama-tama hendaknya kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena dengan takwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan merahmati dan dan memberikan kemenangan yang besar bagi kita.
وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Kesudahan yang baik hanyalah milik orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash[28]: 83)
Kemudian hendaknya kita senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia yang Allah limpahkan kepada kepada kita. Kemudian shalawat dan salam yang tidak bosan-bosannya kita limpahkan untuk Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Nabi kita bersabda kepada kita semua:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai sekalian manusia. Bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari)
Berbicara ampunan, ada dua perkara yang membuat kita layak masuk surga. Yang pertama adalah ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang kedua adalah rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
وَاعْلَمُوْا أَنَّهُ لَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِنْكُمْ بِعَمَلِهِ
“Ketahuilah, tidak ada yang selamat (dari api neraka) dengan amalnya.”
Para sahabat bertanya: “Tidak juga engkau wahai Rasulullah?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Tidak juga saya, kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala menaungiku dengan ampunan dan rahmatNya.” (HR. Muslim)
Dengan dua hal itu kita layak dan pantas untuk kembali ke surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ketika Adam dikeluarkan dari surga, Adam mohon ampun kepada Allah dan meminta kepada Allah dua hal:
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Ya Rabb kami, kami telah mendzalimi diri-diri kami…”
Adam membuat pengakuan atas kesalahan yang dilakukannya, dia tidak melemparkan kesalahan kepada orang lain, walaupun kita tahu ceritanya bagaimana Adam melanggar perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu digoda oleh iblis dengan segala tipu daya dan bujuk rayunya, sehingga Adam mendekati pohon yang dilarang untuk didekati, memetik buahnya dan memakannya.
Adam tidak melemparkan kesalahan kepada iblis. Adam memberikan contoh kepada kita semua bahwa kalau kita berbuat salah maka akuilah kesalahan itu dan ucapkanlah رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا (Ya Rab kami, kami telah mendzalimi diri-diri kami…” karena berbuat dosa itu hakikatnya adalah mendzalimi diri kita sendiri.
Ini pelajaran pertama, jangan suka melemparkan kesalahan kepada orang lain, mencari kambing hitam, seolah-olah kita ingin lepas dari kesalahan itu, seolah kita ingin mengatakan: “Saya sebenarnya tidak salah” padahal sebenarnya salah. Itu percuma. Allah minta pengakuan kita atas dosa. Dan itu juga yang kita sebutkan di dalam sayyidul istighfar.
Lihat: Bacaan Sayyidul Istighfar Beserta Penjelasannya
Kita harus mengakui bahwa kita telah berbuat salah/dosa, tidak usah mencari kambing hitam ataupun menyalahkan atau melemparkan kesalahan kepada orang lain.
Selanjutnya Adam berdoa:
وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Jika Engkau tidak mengampuni kami dan dan tidak merahmati kami, niscaya kami akan termasuk orang-orang yang merugi (yaitu rugi tidak bisa kembali ke surga).”
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengeluarkan Adam dari surga karena satu kesalahan. Sama halnya iblis yang dikeluarkan dari surga karena melakukan satu kesalahan. Dengan satu kesalahan ini layak dan berhak bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengeluarkan keduanya dari surga. Bagaimana kita dengan makhluk yang banyak melakukan kesalahan, makhluk yang banyak berbuat dosa, banyak pelanggaran yang kita lakukan.
Adam dan iblis hanya melanggar satu hukum, lalu kita melanggar banyak hukum. Pertanyaan kepada diri kita sendiri, layakkah kita berada di surga Allah Subhanahu wa Ta’ala? Jawaban sebenarnya adalah tidak layak, kalau Allah tidak ampuni. Maka itu yang diminta Adam kepada Allah. Adam melupakan iblis yang mungkin menjadi biangkerok semua itu dan Adam fokus minta ampun kepada AllAh Subhanahu wa Ta’ala. Dan Allah menerima taubat Adam.
Di sini Adam menyebutkan dua hal; “Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami…” Adam meminta ampunan dan rahmat. Beruntung kita anak Adam, bapak kita minta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga kita anak keturunannya mempunya kesempatan untuk kembali ke surga. Kalau Adam tidak minta ampun maka padamlah kita, mungkin kita tidak bisa kembali ke surga.
Adam minta ampun kepada Allah. Adam melupakan dendam ataupun kemarahannya kepada iblis. Ini menunjukkan kepada kita bahwa urusan masuk surga itu ada dua hal yang menentukan; yang pertama adalah kita mendapat ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Meminta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Jika ada satu saja dosa yang Allah tidak ampuni, maka kita tidak berhak masuk surga, seberapapun banyak amal yang sudah kita kerjakan.
Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menceritakan tentang orang-orang yang masuk neraka karena hal yang kecil/sepele/remeh, mungkin dianggap sesuatu yang tidak ada. Ada seorang wanita masuk neraka gara-gara seekor kucing. Begitu mahalkah seekor kucing itu sehingga harus masuk neraka dan gagal masuk surga gara-gara seekor kucing? Masalahnya adalah Allah tidak ampuni dia.
Ada pula yang masuk neraka gara-gara mengganggu tetangga dengan lisannya. Dan wanita adalah wanita yang banyak beribadah/beramal, dia shalat malam dan puasa di siang hari. Tapi dia punya kesalahan yang Allah tidak ampuni itu, yaitu dia mengganggu tetangga dengan lisannya.
Ada lagi seorang yang masuk neraka gara-gara ucapan “Allah tidak mengampuni kamu”, itu dia katakan kepada saudaranya yang berbuat dosa. Allah murka dengan ucapan itu, Allah tidak ampuni dia dan Allah justru melemparkannya ke dalam neraka. Padahal dia adalah seorang ahli ibadah. Sementara saudaranya itu suka berbuat dosa, tapi Allah ampuni dan rahmati saudaranya itu, lalu Allah katakan: “Masuklah kamu ke dalam surga dengan rahmatku.”
Sementara yang rajin ibadah ini Allah lemparkan ke neraka karena satu kesalahan ucapan yang kata Abu Hurairah: “Sungguh demi Allah yang jiwa Abu Hurairah yang berada dari tanganNya, dia telah mengatakan satu perkataan yang menghancurkan dunia dan akhiratnya.”
Gara-gara satu kesalahan, kalau tidak Allah ampuni maka kita tidak layak untuk masuk surga. Seperti bapak kita Adam diusir dari surga karena satu kesalahan. Maka sungguh-sungguhlah minta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena nasib kita sangat bergantung kepada ampunan Allah, apalagi kita ini makhluk yang banyak dosa.
Maka di bulan Ramadhan nanti, dimalam yang ditunggu-tunggu (yaitu lailatul qadar), sungguh-sungguhlah kita membaca doa:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Lihat: Lailatul Qadar dan I’tikaf
Mendapatkan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala
Mungkin Allah merahmati kita dengan sedikit kebaikan atau dengan banyak kebaikan, kita tidak tahu. Maka banyak-banyaklah berbuat kebaikan, baik itu kebaikan yang besar maupun yang kecil. Banyak orang-orang yang masuk surga dengan kebaikan yang mungkin dianggap kecil. Bahkan termasuk dalam deretan iman yang paling rendah, Nabi mengatakan:
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
“Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari no. 9 dan Muslim no. 35).
Lihat: Penjelasan Iman dan Hakikat Keimanan Bagian 2
Lihatlah bahwa ada orang yang masuk surga dengan satu amal, bahkan cabang iman yang paling rendah, yaitu dia menyingkirkan gangguan dari tengah jalan.
Jadi dengan dua hal itu kita berhak masuk ke dalam surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Khutbah Jumat Kedua – Dua Perkara Yang Membuat Kita Layak Masuk Surga
Jamaah yang dimuliakan Allah, ada perbedaan yang sangat mendasar antara iblis dan Adam. Adam minta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan Allah ampuni. Sementara iblis dia tidak minta ampun kepada Allah, maka Allah tidak ampuni. Dan dia minta sesuatu yang lain, yaitu minta penangguhan. Iblis berkata:
رَبِّ فَأَنظِرْنِىٓ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Ya Allah, beri aku penangguhan sampai hari kiamat.” (QS. Al-Hijr[15]: 36)
Dia minta hidup sampai hari kiamat. Ini proposal iblis, dan Allah terima proposal itu, Allah terima permintaan iblis itu.
قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنظَرِينَ
“Engkau termasuk orang yang diberi penangguhan.” (QS. Al-A’raf[7]: 15)
Yaitu kamu diberi umur panjang, kamu diberi hidup sampai hari kiamat. Seandainya (tapi ini tidak terjadi) iblis minta ampun maka Allah ampuni. Tapi iblis tidak minta ampun kepada Allah, dia justru minta penangguhan. Kenapa demikian, ada apa dengan iblis ini sehingga tidak minta ampun kepada Allah, justru minta penangguhan?
Ini satu perkara sangat buruk yang harus kita hilangkan dari hidup kita, yaitu dendamnya kepada Adam. Inilah akibat kalau kita salah lalu melimpahkan kesalahan kepada orang lain. Karena iblis menganggap itu gara-gara Adam, maka dia dendam kepada Adam sekaligus anak keturunannya. Dan dia bersumpah akan menyesatkan anak Adam. Dan iblis tahu dia tidak akan bisa melampiaskan dendam kecuali dia diberi waktu, maka dia minta penangguhan.
Itulah buruknya dendam, maka jadi orang jangan pendendam. Mulai hari ini singkirkanlah dendam dalam hidup kita, karena dendam itu sangat buruk. Coba lihat iblis dimana dia makhluk pertama yang memperkenalkan dendam kepada semua makhluk. Sebelumnya makhluk (baik itu malaikat, jin dan lain-lain) tidak mengenal dendam hingga iblis yang memperkenalkannya. Maka dendam itu adalah warisan iblis.
Maka jangan jadi orang pendendam. Al-Qur’an justru menganjurkan kita sebaliknya, yaitu menjadi manusia pemaaf. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيْلَ
“Relakanlah dengan cara yang baik.” (QS. Al-Hijr[15]: 85)
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ
“Maafkan dan relakan, bukankah kamu ingin mengampuni kamu?” (QS. An-Nur[24]: 22)
Maka jadilah manusia yang pemaaf, dan jangan menjadi manusia pendendam. Karena dendam itu sangat buruk, itulah yang menimpa iblis. Iblis bahkan siap untuk rugi. Orang kalau dendam tidak pikir untung-rugi lagi, bahkan rugi pun dia mau, yang penting dendamnya bisa terbayarkan.
Itulah kalau sudah dendam, sangat-sangat buruk, itu adalah warisan iblis. Maka jangan jadi orang pendendam, wahai kaum muslimin. Jadilah manusia yang pemaaf. Gara-gara dendam iblis tidak minta ampun kepada Allah, justru minta penangguhan. Walaupun dia tahu risikonya tidak bisa kembali lagi ke surga. Itu tidak jadi masalah yang penting dendam terlunaskan.
Download mp3 Khutbah Jumat Tentang Dua Perkara Yang Membuat Kita Layak Masuk Surga
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Dua Perkara Yang Membuat Kita Layak Masuk Surga” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51404-khutbah-jumat-dua-perkara-yang-membuat-kita-layak-masuk-surga/